Rin@
Rin
: 2008-03-06 07:10:11 UTC+0000
*Salah siapa?*
Si A punya masalah dengan seseorang di kantornya, kita sebut saja orang ini si B. Si B ini sebenarnya OM, tapi harusnya dia tidak akan baca ini sih....
Kasus 1:
A dan B perlu menghubungi seseorang di Jakarta, sebut saja si C, tapi baik A dan B tidak tahu nomor telepon y.b.s. maupun nomor kantornya. Akhirnya si C telepon dan si B menanyakan nomor teleponnya lalu akhirnya tau dan dicatat. Sampai segini beres.
Esoknya, si A perlu menghubungi si C, karena itu A bertanya pada B, tapi:
B: (sambil tertawa) Ga tahu.
A: Loh? Bukannya kamu kemarin catat?
B: Harusnya kamu yang catat.
A: Kemarin kan kamu udah catat.
B: Ga ada.
A: Ko ga ada? Udah dibuang?
B: Iya
Padahal B bukan ga ada urusan dengan C sama sekali. Catatannya sendiri ditaruh di mejanya, jadinya ya A juga tidak bisa sembarangan ambil. Memang sih A harusnya mencatat juga, tapi itu kan catatan yang umurnya baru sehari, masa udah dibuang?
Salah siapa?
Kasus 2:
Akhirnya C menelepon lagi dan B kembali menanyakan nomornya. Lalu terjadilah B perlu menghubungi C (nah kan B jg ada urusan). Jadi B mencoba menelepon C. Aku tidak ingat persis bagaimana B mencatat nomornya, tapi kayanya sih: 62816******. B langsung memasukkan nomor itu ke telepon, tapi begitu 8 nomor ditekan, telepon langsung mulai menyambung, kayanya sih karena 8 nomor pertama adalah nomor telepon di Singapura yang sah. B bingung kenapa, jadi A bilang bahwa itu nomor Indonesia jadi perlu diawali IDD code (saat itu A tidak tahu IDD codenya), tapi walau sudah mendengar ini, si B diam saja dan mencoba lagi memasukkan nomor tadi, tentunya terulang lagi kejadian setelah 8 nomor langsung mulai menyambung. B langsung memutuskan telepon dan bingung2 sambil bilang nomornya salah. A berusaha turun tangan jadi bertanya nomor IDD di Singapura apaan, tapi B diam saja. Akhirnya kembali C menelepon dan kepadanya si B bilang nomornya salah dan bertanya lagi.
Salah siapa?
Kasus 3:
Untuk keperluan kerja, A perlu menyambungkan suatu alat dengan komputer. Sambungannya pakai USB, kabel, dan adapter; yah harusnya tahu kan ya? Setelah beberapa lama, A selesai melaksanakan tugasnya tapi karena tidak yakin maka kabel dibiarkan saja dulu di sana, maksudnya agar jika setelah diuji ada kesalahan maka bisa langsung dicolok lagi dan dibetulkan. Sebelum A yakin benar bahwa kerjaannya beres, B mulai protes:
B: Ini punyamu? Jangan taruh sini dong!
Kabel tersebut tentunya milik kantor, bukan milik A, tapi B memerlakukannya seolah-olah A sudah "mengotori" kantor dengan meletakkan milik pribadinya sembarangan. Apa wajar? Apalagi mengingat bahwa A belum menyimpannya lagi karena mungkin masih diperlukan.
Salah siapa?