entah

No 28-47 No 8-27 Semua (balik urutan) |

Rin@Rin : 2007-09-30 17:17:28 UTC+0000
Tulisan di bawah ini adalah terjemahan dari http://netlurker.blogspot.com/2007/10/how-self-centred-are-we.html

Seberapa egosentriskah kita?

Saat seseorang percaya akan satu hal, tidak peduli seberapa salah, biasanya kepercayaan itu sulit diubah. Perubahan akan biasanya lebih mudah terjadi kalau ada orang lain yang berusaha melakukannya (walau kadang justru menjadi lebih sulit). Biasanya, semakin berpengaruh si orang lain itu, semakin mudah perubahan itu terjadi. Jikalau kepercayaan itu adalah milik suatu kelompok—misalnya suku atau bangsa—maka kepercayaan itu menjadi lebih kuat. Semakin besar kelompoknya, semakin susah mengubahnya, karena biasanya perlu kekuatan yang lebih kuat juga. Jadi, bagaimana kalau yang percaya adalah seluruh umat manusia?

(Karena sudah banyak contoh-contoh tentang hal ini, maka saya mencoba yang tidak umum.)

Setelah menjelajahi seluruh bumi, menggali dalamnya, dan juga mencari langit, kita menyadari bahwa kitalah satu-satunya penguasa planet ini. Tidak ada satupun makhluk lain yang setingkat dengan kita, dan ini mempengaruhi cara pandang kita akan makhluk yang setingkat dengan kita. Kita sudah membayangkan banyak macam makhluk asing, tapi hampir tanpa terkecuali semuanya serupa dengan manusia, contohnya makhluk-makhluk yang ada di Star Trek. Istilah *makhluk asing* di sini juga bisa mengacu ke makhluk gaib. Anehnya, biasanya kita dan mereka bisa saling memakan makanan satunya dan juga bernapas dengan udara yang sama. Biasanya pula mereka juga makhluk berbahan dasar karbon, dan mungkin yang paling aneh adalah, biasanya bisa juga saling memadu-kasih dan bahkan punya anak! Jadi, walau mereka seharusnya adalah makhluk asing, pada dasarnya mereka cuma manusia yang agak berbeda sedikit.

Sepertinya, bangsa Eropa kuno juga berpikir bahwa yang namanya manusia adalah yang seperti mereka, jadi ketika mereka menemukan suku bangsa yang rupanya berbeda, orang-orang pribumi itu dianggap bukan manusia dan diperlakukan buruk. Keadaan ini semakin diperparah karena biasanya kebudayaannya lebih rendah.

Kita biasanya benci sendirian untuk selamanya, mungkin karena ini kita juga tidak suka menjadi satu-satunya makhluk pintar di alam semesta ini, makanya kita sering mencari makhluk asing. Tapi, kalaupun seandainya mereka itu ada, seharusnya bentuknya akan sangat berbeda dengan apa yang bisa kita bayangkan. Kalau kasus orang Eropa kuno itu terjadi lagi, mungkin justru akan susah bagi kita untuk menerima perawakan mereka itu dan akhirnya justru akan mengusir.

Jadi, walau kita tidak suka sendirian, kita juga tidak suka bertemu orang yang berbeda. Jadi mungkin keegosentrisan itu *memang sifat dasar dari umat manusia*, atau mungkin tidak, mungkin *bukan cuma manusia....*
Rin@Rin : 2007-10-03 08:00:45 UTC+0000
Iseng nulis....
Setelah kosong selama lebih dari 3 bulan akhirnya ada 1 lagu lagi tercipta, tapi seperti biasa, tidak bisa diselesaikan.
Ingin belajar musik tapi ga ada tempat belajarnya.... :(
Rin@Rin : 2007-10-07 16:41:13 UTC+0000
Di Singapura ada berbagai macam minuman:
ada teh peng, bandung, horlick, susu kacang....
ada berbagai macam sari buah seperti:
jeruk, alpukat. kelapa muda....

tapi....

Di mana yang jual *kelapa kopyor*, ya?
:S

T_T
Rin@Rin : 2007-10-10 15:31:00 UTC+0000
diacu: >>32
Tau *computer bug*, kan? Harusnya sih tahu, tapi kalau ga juga gpp. Bahasa Indonesianya apa, sih? Buat mudahnya sih biasanya tetap ditulis "bug" tp dibaca "bak", mirip aslinya. Seandainya diterjemahkan, jadi apa, ya? Karena "bug" sendiri artinya "kutu", jd bs pake kata itu, namum, menurut saya kurang tepat.
Kata "bug" sendiri bisa merupakan suata kata kerja yang berarti "mengganggu". Dari sini, "bug" sebagai kata benda bisa berarti "gangguan", karena kutu memang menggangu. Sumber masalahnya kecil, tapi akibatnya besar, itulah "bug".
Nah, bagaimana dengan "kutu"? Sayangnya kutu tidak mempunyai arti yang demikian, "kutu" ya "kutu", memang bisa mengganggu tapi tidak mirip dengan "bug", jadinya istilah "kutu" agak kurang tepat di sini. Kabar baiknya, bahasa Indonesia punya kata yang artinya mirip dengan "bug", "serangga kecil tapi mengganggu dan cocoknya diberantas".

Karena itu, marilah kita menerjemahkan "bug" dengan kata ini saja, yaitu....
*BANGSAT!*
yuku@Rin : 2007-10-10 17:46:47 UTC+0000
diacu: >>33
>>31
cape kalo tulis bangsat, panjang. Nanti ada debangsat lagi. walah.
Lagi pula, dulu guru bahasa pernah bilang, apa beda bangsat dan maling?
Jawaban: maling = tindakan mencuri. Bangsat = pelakunya.
Kalo ku sih, bug kubaca tetep BUG (seperti dalam menggebug) bukan
bag ato bak. Tetep aja bukan kutu maupun serangga.
BEberapa bulan ini, kalo mo bilang DEBUG, ku bilangnya GEBUG aja.
Sebetulnya cocok loh, GEBUG itu kan kaya "pukul dengan keras"
jadi ku mau GEBUG biar BUGnya ilang ->ku mau gebukin serangganya biar mati
heheh keren kan? :P
Rin@Rin : 2007-10-11 12:35:38 UTC+0000
>>32
Wah, kalau gitu ga usah "debangsat," tapi "bangsatnya digebug," kan lebih bagus. ^^

Mu ngomongnya "gebug", ya? Tp kebanyakan orang ngomongnya "gebuk", tuh. :(
Rin@Rin : 2007-11-23 16:37:42 UTC+0000
Pernah menerima undangan? Harusnya sih pernah.

Tujuan undangan tentu ada macam2, bisa hal yang serius bisa pula untuk yang senang2. Bentuk undangan juga ada macam2, ada yang serius ada yang *SKSD Palapa* (Sok Kenal Sok Dekat PAdahaL bukAn siaPa-siapA). Menyebut sebagai "SKSD Palapa" mungkin agak berlebih, yang penting maksudnya ada undangan yang bentuknya sangat informal dan akrab. Menurutku sih undangan seperti ini boleh-boleh saja, tetapi kalu tujuan undangannya serius, melihat undangan seperti itu malah membuat kesal.....
Rin@Rin : 2007-11-23 16:50:49 UTC+0000
Ada banyak tujuan orang menyatakan sesuatu ke orang lain dalam bentuk tertulis, contohnya ya... undangan....

Tapi ada beberapa hal yang kalau muncul di tulisan membuat saya sangat benci tulisan itu, antara lain: (hanya menyangkut tulisan bahasa Indonesia)
- Penggunaan kata-kata bahasa asing seperti "please" dan "sorry" atau yang lebih parah lagi: "plis" dan "sori" (atau "plis dong ah")
- Penggunaan kata-kata bahasa Inggris yang sebenarnya punya padanan dalam bahasa Indonesia dan juga merupakan kata yang "baru", yaitu bukan sudah dari dulu masuk, apalagi kalau bentuk aslinya atau padanan bahasa Indonesianya sangat *jauh lebih mudah dimengerti*, contoh: *presaposisi*, padahal lebih mudah mengerti *presupposition* dan *prasangka*
- Penggunaan kata-kata seperti "rubah" seperti pada contoh: "rubahlah bentuk ini...." atau "merubah A menjadi B"
- Lebih sering memisah imbuhan dibanding tidak, contoh: "di jual", "di tolak"
- Menggunakan bentuk "mau di-" di saat dimaksud adalah "mau me-", apalagi kalau dibarengi penggunaan di atas, contoh: "Saya *mau di bunuh* oleh dia"
- Menggunakan "kita" di saat yang dimaksud adalah "kami", soalnya saya kan tidak ada urusan dengan kalian kenapa harus diikutsertakan....

Tentu saja, kalau tulisan ini tidak menyangkut saya, maka tidak ada masalah bagi penulis, tapi kalau tulisan ini menyangkut saya, misalnya, ya balik lagi ke yang tadi, undangan, maka saya merasa tidak harus menjawab.
Apakah cuma saya yang merasa seperti ini? :S
yuku@Rin : 2007-11-24 06:50:09 UTC+0000
diacu: >>38
>>35
Wah, ternyata mu sebagai orang Jakarta (semoga ga salah), merasa
benci juga dengan pemakaian kami dan kita yang salah yah.
Dulu kagalah ada yang bilang, orang yang pake "kita" untuk maksud
"kami" itu karena di Jakarta istilahnya begitu.
Sama, ku juga suka ga seneng dengan istilah "kita" yang salah,
alasannya juga sama, ga ada urusan kenapa diikutsertakan...

Di lembar doa grii:
"Tulislah nama-nama dibawah ini untuk
di doakan dan di undang oleh anda"
Hebat, satu kalimat tiga salah.
Kelvin@Rin : 2007-11-26 11:48:11 UTC+0000
helo2..
aku anggota baru di meletus neyy..
salam meletus:
meletus balon hijau *DOR!!* hatiku sangat senang..
wakakakakakkk.
drop me some commentz plzz..^^.
Rin@Rin : 2007-11-26 18:54:57 UTC+0000
>>36
Memang orang Jakarta dan ga suka, itu benar, tapi ini baru pertama kali mendengar ada orang yang bilang gitu. Hebat juga, mendengar tentang orang Jakartanya sampai harus di Singapura oleh orang Bandung....

Contoh percakapan yang jadi aneh:
A: "Pak, gini, kita kan abis buat salah...."
B: "Eit, nanti dulu, yang buat salah kan cuma kalian, saya ga ikutan!"

Berhubung tulisannya:
"Tulislah nama-nama dibawah [sic] ini untuk
di doakan [sic] dan di undang [sic] oleh anda"

apa artinya di bawahnya ada nama dan orang2 diminta menulis nama itu?
Ko aneh sih? Apa maksudnya? Sepertinya ada masalah selain 3 kesalahan tulis di atas.... :(

Apakah maksudnya:
"Tulislah nama2 yang anda ingin doakan dan undang di bawah ini"?
Kelvin@Rin : 2007-11-27 10:11:00 UTC+0000
diacu: >>41 >>102
apa mungkin maksudnya :
"tulislah nama2 yang ingin anda undang dan doakan di bawah ini??"
paling bener kan..wkwkwkwk
hehehehe nimbrung aja wkwkwkwk..
mampir lewat kan harus ngepost..demi kebaikan meletus
hahahahahahahah
Kelvin@Rin : 2007-11-27 10:14:22 UTC+0000
diacu: >>41
>>35
iya bener juga sih..dasar..prof. bahasa Rin
wkwkwkwkwkk..
ya tapi yang memisahkan imbuhan itu gak selalu kok..
hehehehe cuma ngasih fakta aja ..^^
Rin@Rin : 2007-11-27 15:23:22 UTC+0000
diacu: >>42 >>46
>>39
Yang bener itu "yang ingin anda" atau "yang anda ingin" sih? :S
Kalau yang kedua, ko aneh subyeknya setelah predikat.... Kepengaruh Belanda kali ya....

>>40
Jurusan bahasa tuh gelarnya apa ya? x.Sci? x.Lit? (ganti x dengan huruf yang sesuai....)
Memang ga selalu, tapi jauh lebih sering dipisah daripada disambung, jadi entah masalahnya di mana.... (yang pasti saya ga bilang "semua" di atas, tapi "lebih sering")
yuku@Rin : 2007-11-27 16:01:07 UTC+0000
diacu: >>43 >>45 >>46
>>41
Betul yang pertama.
Jadi tiap kali ku denger orang ngomong misalnya,
"apa sih yang dia ingin katakan?"
cukup merasa aneh.
Lebih normal, "apa sih yang ingin dia katakan?"

Nah, ada yang lebih parah lagi, ada juga orang yang bilang,
"apa sih yang dia ingin mengatakan?" (mungkin dikira dia lebih baku).

Kalo dipikir2, ini mirip juga dengan pelajaran bahasa Inggris,
mana yang betul
"I wonder what is he saying"
atau
"I wonder what he is saying"
asa@Rin : 2007-11-27 16:08:40 UTC+0000
>>42
kalo kita kadang bingung dengan bahasa inggris si wajar2 ajah yah
karna itu bukan bahasa ibu kita

tapi kalo bahasa indo kan uda belajar dari kecil, harusnya ga salah dong
menurut leknot language puzzle
kita tau aturan2 bahasa ibu kita tanpa sadar, jadi bisa otomatis kuar yg bener
tapi kalo bahasa asing kita ga tau aturan2nya

mungkin orang yang ngomong indonya kacau ga sering pake bahasa indo yah
lebi sering pake bahasa daerahnya sendiri :D
Julius@Rin : 2007-11-28 08:51:20 UTC+0000
we, tiap user kok ada ceritae seh....
cape de....
aneh" ja....
wkwkwkwkwkw... ^^V
1peH@Rin : 2007-11-28 09:44:18 UTC+0000
diacu: >>46
>>42
"I wonder what he is saying"
Kalu "is" didulukan itu spt kal tanya.
Rin@Rin : 2007-11-28 12:43:33 UTC+0000
Menjawab >>42 dan sejalan dengan >>45
Kalau yg pertama itu seharusnya tanda bacanya (setelah membuang 2 tanda kutip di ujung kalimat):
I wonder, "What is he saying?"
Jadi kalau tanda bacanya begini, urutan katanya tepat. Dalam percakapan tanda komanya akan muncul sebagai jeda.

Sebenarnya tadi >>41 tuh maksudnya yang "pertama" bukan "kedua", tapi ya sudahlah....

Lebih lanjut tentang urutan: anda, ingin, dan katakan.
Dalam kalimat sederhana (dan baku), kan jadi: "Anda ingin mengatakan...."
Sebagai anak kalimat yang dipisahkan oleh "yang", maka tadi kan katanya jadi: "... yang ingin anda katakan...."

Untuk yang pertama polanya: S V1 V2
Untuk yang kedua polanya jadi: V1 S V2

Jadi subyeknya diapit oleh kedua kata kerja. Ko jadi aneh, ya? Aneh karena rasa-rasanya tidak pernah ada guru yang bilang bahwa subyek dalam bahasa Indonesia bisa muncul setelah predikat dan dari pengamatan biasanya subyek setelah predikat hanya muncul di akhir kalimat karena dia sempat "dipecat" dari posisinya di awal.
Rin@Rin : 2007-11-28 14:29:39 UTC+0000
Kayanya yang bener tetep:
"apa sih yang dia ingin katakan?"

Ini masih berhubungan dengan pola macam:
"Saya mau dibunuh." (yang sudah saya sebut di >>35)

Kayanya orang Indonesia udah terlalu banyak terbolak-balik deh, jadi artinya harus "ditebak" dan ga bisa "diterjemahkan" saja.

Bandingkan:
"Siapa yang mau saya kasih uang?"
"Siapa yang saya mau kasih uang?"

Kalau "mau" dulu baru "subyek", berarti yang mau itu adalah yang datang sebelum kata "mau", dan yang setelah "mau" menjadi anak kalimat di bawahnya, jadi kalimatnya ada 3 tingkat.
Sedangkan kalau "subyek" dulu baru "mau", berarti yang mau adalah si subyek, dan hanya ada 2 tingkat kalimat di sini.

Jadi dengan contoh di atas:
"Siapa yang mau saya kasih uang?"
- "Saya kasih uang" menjelaskan "mau"
- "yang mau saya kasih uang" menjelaskan "siapa".

Sedangkan:
"Siapa yang saya mau kasih uang?"
- "Saya mau kasih uang" menjelaskan "siapa"

Dalam bahasa Inggris:
"Siapa yang mau saya kasih uang?" --> "Who was it that wants me to give him money?"
"Siapa yang saya mau kasih uang?" --> "Who was it whom I want to give money to?"

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (dua tuju)+(tiga satu)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|