entah

No 158-177 No 138-157 Semua (balik urutan) |

Rin@Rin : 2008-04-04 05:12:46 UTC+0000
diacu: >>159
>>157
Loh, memang bukan keseluruhan, ko, dan sejauh yang kumengerti masih sama. Memang lagi mengomentari 1 hal, bukan keseluruhannya. Jadi yang dipermasalahkan ya bagian itunya, bukan orangnya; pemahaman akan yang satu itunya, bukan pemahaman lainnya, misal teologianya (yang ini memang tidak dibahas).

Kapan, ya, aku menjelekkan GRII? Sebenarnya sih aku mempermasalahkan cara beberapa orang membahas masalah, dan dari keadaannya bisa diasumsi mereka mewakili GRII. Nah, kalau orang anggap begitulah cara orang GRII, lalu bagaimana?
Yang kulakukan justru memberi peringatan. Terlepas dari menjelekkan atau apa, cara membalasnya seakan-akan membuktikan hal tersebut, bukannya ini gawat?

Eh, yang membawa topik aneh2nya bukannya justru orang dari luar situs, ya?
Rin@Rin : 2008-04-04 06:15:54 UTC+0000
Lanjut dari >>158
Sebenarnya, baik kata yang dipakai itu "ga beres", "gila", atau "sesat", kurasa kita bisa sepakat bahwa orang biasanya tidak mau dilabelkan demikian, jd kita sebut saja sifat itu sebagai "-H".
Dalam percakapan, B mendengar hanya satu sisi dari A dan memberi label -H pada A.
Setelah mencari tahu sendiri, A yang hanya mendengar satu sisi dari B memberi label -H pada B.

Marilah kita adil, kalau yang satu dipandang generalisasi, seharusnya satunya lagi juga, begitupun juga dengan sebaliknya. Tidakkah aku juga seharusnya berhak atas praduga yang sama?
Rin@Rin : 2008-04-08 08:48:27 UTC+0000
diacu: >>161
Iseng buka wikipedia cari "A", lalu sampai ke disambiguation page:
http://en.wikipedia.org/wiki/A_%28disambiguation%29

Yang menarik itu bagian ini:
A, the alternate name for Brfxxccxxmnpcccclllmmnprxvclmnckssqlbb11116, a Swedish child born in 1991
Yang linknya yaitu:
http://en.wikipedia.org/wiki/Brfxxccxxmnpcccclllmmnprxvclmnckssqlbb11116

Apakah itu?
Sila lihat sendiri.... Benar2.... Yah lihat aja sendiri, deh. ^^;
yuku@Rin : 2008-04-09 08:19:47 UTC+0000
>>160
Dulu pernah baca tentang nama itu di koran. Skarang baca lagi di internet deh.
Lumayan, gara2 artikel itu ngelink ke
http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_unusual_personal_names
, ku jadi liat2 itu di MRT dan menghabiskan sekitar 10 menit. Banyak yang lebih aneh loh.
Rin@Rin : 2008-04-09 09:07:59 UTC+0000
diacu: >>163 >>247
Kampanye untuk menghentikan penggunaan bahan berbahaya yang sering dipakai:
http://web.archive.org/web/19970125142623/media.circus.com/~no_dhmo/
yuku@Rin : 2008-04-11 17:47:11 UTC+0000
>>162 BAHAYA DIHIDROGEN MONOKSIDA [terjemahan]

Larang Dihidrogen Monoksida! - Pembunuh Kasat Mata

Dihidrogen Monoksida (DHMO) tak berwarna, tak berbau, dan tak berasa.
Ribuan orang terbunuh olehnya setiap tahun. Kebanyakan disebabkan penghirupan
DHMO yang tidak sengaja, tapi bahaya DHMO tidak berhenti sampai situ.
Terkena bentuk padatnya dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan kerusakan
jaringan. Gejala-gejala tertelan DHMO di antaranya keringat yang banyak bercucuran,
sering kencing, merasa sesak dan mual, muntah, dan ketidakseimbangan elektrolit tubuh.
Menjauhkan DHMO dari mereka yang sudah mengalami ketergantungan DHMO
menyebabkan kematian.
Rin@Rin : 2008-04-12 16:45:40 UTC+0000
Dulu di PPKn belajar bahwa:
Bertakwa adalah "mengikuti perintahNya dan menjauhi laranganNya".

Nah, dari dulu aku bingung dengan kalimat ini dan merasa bahwa seharusnya kalimatnya adalah:
Bertakwa adalah "mengikuti perintah dan laranganNya".

Kebingungannya disebabkan karena dari dulu aku mengira bahwa "larangan" itu artinya:
- sesuai yang sifatnya melarang
ATAU
- versi negatif dari perintah
ATAU
- kalau "perintah" itu isinya menyuruh orang melakukan sesuatu, aku mengira "larangan" itu sesuatu yang isinya menyuruh orang tidak melakukan sesuatu

Di sini memang aku yang salah, karena imbuhan -an tidak pernah berarti perbuatan itu sendiri, melainkan selalu obyek dari perbuatannya.
Dan aneh aku baru sadar ini *hari ini*.

Kalau dipikir-pikir, rasanya dulu bisa bingung karena di bawah sadar mengira kalimatnya itu paralel, jadi karena di awal ada kata "perintah" yang merupakan *perbuatan*, secara tak sadar mengira "larangan" juga adalah *perbuatan*.

Tapi, kalau dipikir lagi, kayanya kalimatnya memang kurang bagus, karena perbuatan melarang sendiri juga sudah merupakan perintah, jadi kalimat berikutnya itu sebenarnya tidak perlu (redundant).
Rin@Rin : 2008-04-12 17:24:49 UTC+0000
diacu: >>166
Pemutakhiran (update):
Setelah dipikir lagi, rasanya memang penggunaan kata "larangan" sering berarti perbuatannya dan bukan apa yang tidak boleh, misalnya:
- papan larangan
- "Larangan ini diberlakukan...."
- larangan bermain sepatu roda
dst

Padahal perbuatannya sendiri seharusnya "pelarangan". Yah, tapi kalau artinya memang perbuatannya, berarti seharusnya justru "melakukan larangan", jadi kalau misalnya "dilarang masuk", kalau tidak masuk kan artinya mengikuti.
yuku@Rin : 2008-04-14 06:29:27 UTC+0000
>>165
Kalo menurutku kata larangan di poin ke 1 dan 3 di atas bukan berarti tindakan melarang,
tapi emang sesuatu yang dilarang, sih. Jadi bukan pelarangan.
Papan larangan kayanya sepola dengan papan buatan, papan belian, dsb.
kalo larangan bermain sepatu roda tampaknya sih menjawab "larangan yang mana?"
sepola dengan cetakan laporan keuangan.
Rin@Rin : 2008-04-16 05:01:12 UTC+0000
diacu: >>168
"di-" dan "di"
Sebuah Pemikiran

Seperti pernah kubilang sebelumnya, seringkali orang menulis imbuhan dipisah tapi kata depan disambung. Apa alasannya?
Yah bisa jadi sih kebetulan, tp terjadinya cukup umum.
Sekarang sih jadi terpikir, jangan2 alasannya itu karena:
imbuhan "di-" biasanya memperoleh penekanan, jadi terkesan seperti kata terpisah
kata depan "di" biasanya tidak ditekankan, jadi seperti bagian kata yang sama

Biasanya kata2 dalam bahasa Indonesia memperoleh penekanan di bagian paling akhir, jadi sepertinya ada pola:
*Setelah suku kata yang ditekankan ya ganti kata berikutnya*

Makanya itu terjadi.

Begitukah?
yuku@Rin : 2008-04-16 05:08:04 UTC+0000
diacu: >>169
>>167
mungkin juga, karena kebiasaan pencet spasi setelah mengetik "di". Soalnya, kalo ku,
ada beberapa kata yang hampir selalu salah ketik. Misalnya yang kuingat:
Hampir tiap kali mau ketik "bis", keluarnya "bisa".
Hampir tiap kali mau ketik "happen", keluarnya "happend".
Mungkin karena uda kebiasaan ketik "a" setelah deretan "bis" karena sering ketik
kata "bisa". Kalo "happend" mungkin karena banyak yang pake "pend" di inggris
seperti "append", "suspend" dsb.
Rin@Rin : 2008-04-16 10:13:24 UTC+0000
>>168
Hm... ya mungkin.... Jarang melihat kasus ini muncul di tulisan tangan sih, tepatnya malah ud jarang melihat tulisan tangan. ^^;;;; Masih banyak yang misterius. :(

Mungkin imbuhan "di-" mendapat penekanan untuk membedakan dengan imbuhan "me-".
Entah....
Rin@Rin : 2008-04-21 05:37:31 UTC+0000
Cerita ini udah agak lama, jadi ya harus dilihat dengan bingkai waktu saat itu.

Di forum PINTU (Perhimpunan Indo-NTU) setahuku cuma ada 1 kata yang disensor, jadi kalau ada yang menulis itu, maka akan berubah jadi "|BAD WORD|" (tanpa tanda kutip). Dari konteks, bisa ditebak bahwa yang disensor adalah nama binatang. Dari sekian banyak binatang, aku kira yang paling mungkin adalah yang terkenal haram, yaitu "babi". Selidik punya selidik, ternyata kata yang disensor adalah "anjing", kontan aku terheran-heran.
Ko "anjing"? Bukannya anjing justru adalah salah satu hewan paling akrab dengan manusia? Bukannya banyak orang yang memelihara anjing? Bukannya anjing itu seringkali justru baik, sopan, dan menolong?
Saat ini kutanyakan ke beberapa orang, jawaban yang kudapat adalah antara lain karena orang sering mengumpat dengan kata itu. Wah, aku baru tahu! (bahwa itu sering, bukan bahwa itu ada)

Aku baru tahu bahwa kebudayaan Cina dan Indonesia memandang anjing dengan buruk, misalnya katanya di Cina saat sekelompok pemberontak kalah maka kaisar bertitah agar semua yang terkait marganya diubah jadi "anjing". Jadi menyandang nama "anjing" adalah penghinaan.
Setahuku memang tidak ada orang dari kedua negara ini yang namanya ada "anjing"nya walau nama yang ada nama binatang lainnya ada beberapa, misalnya "Rajasinga".

Entah bagaimana pendapat orang Jepang, karena nama yang ada anjingnya itu ada, misalnya "Inuzuka".

Bagaimana dengan Asia Barat? Nah, kalau ini ternyata ada, yaitu "Caleb", dan aku tahu 2 orang dari sekitar sini yang pakai nama itu!
Wah, ko kontradiksi, ya? Apakah karena mereka tidak tahu artinya? Kalau demikian, apa yang terjadi kalau mereka tahu?
Rin@Rin : 2008-04-23 08:05:54 UTC+0000
diacu: >>172
Entah karena menuruti hukum atau tahu bahwa akan ada masalah, rasanya tidak seorangpun di Singapura yang merokok dalam ruangan kantor (yang berAC).
Katanya sih, kalau merokok di ruangan berAC maka asapnya akan berputar-putar di ruangan itu juga karena sifat dari AC itu.

Tapi, entah mengapa rasanya tidak seorangpun sadar bahwa merokok di luar ruanganpun asapnya akan masuk ke ruangan, karena menempel di baju; jadi hasil akhirnya tetap mengganggu kaum yang tidak merokok.

*Wah, bagaimana, ya?*
yuku@Rin : 2008-04-25 14:00:18 UTC+0000
diacu: >>173
>>171
Apanya yang bagaimana?
Rin@Rin : 2008-04-25 15:16:50 UTC+0000
>>172
Bagaimana cara supaya ruangan yang seharusnya bebas rokok benar2 bebas rokok, karena dengan keadaan sekarang walau ada hukum melarang orang merokok di sana dan tidak ada yang melanggar, ruangan itu tetap ada asap rokoknya.
Rin@Rin : 2008-04-26 16:46:44 UTC+0000
diacu: >>175
Tahukah anda?
Bahwa *alat elektronik dan batere tidak boleh dibuang bersama sampah biasa*?

Di batere biasanya tertulis larangan membuangnya bersama sampah lain, di alat elektronik entah deh, tapi yang benar memang tidak dibuang bersama sampah biasa.

Waktu itu setelah menyadari ada tulisan demikian di batere, aku bertanya ke beberapa orang, lalu jawabannya semuanya sejenis, mereka tidak tahu buang di mana jadi buang saja bersama sampah biasa.
Belum lama ini di koran setempat akhirnya ada orang yang menyatakan kekuatiran ini, katanya harusnya ada tempat khusus, tapi negara tidak menyediakan caranya. Di artikel itu dijelaskan bahaya membuang batere bersama sampah biasa, antara lain menyangkut 2 jenis nasib sampah di Singapura:
- dipakai untuk membuat pulau, padahal ada bahan di batere yang bisa mencemari tanah (dan laut)
- dibakar, padahal ada bahan karsinogenik yang kalau dibakar jadi bisa terbang dan dihirup orang sekitarnya

Bahaya, kan? Anehnya negara semaju Singapura kelihatannya tidak peduli akan hal ini. Kalau Indonesia sih lebih wajar....

Jadi sekarang aku bingung, *bagaimana cara membuang alat elektronik bekasku?*
Selain berbahaya, kan sayang kalau dibuang sembarangan. Banyak bagiannya terbuat dari logam, jadi siap untuk dilumerkan dan dipakai membuat barang baru. Komponennya mungkin masih bisa dipakai, tapi entah ya, karena lebih susah.

Harusnya diberlakukan hukum yang melarang orang membuang barang2 ini di tempat sampah biasa, mengingat orang Singapura punya mentalitas macam, "kalau ga ada hukumnya kami tidak berniat melakukan, kalau memang mau kami lakukan itu, ya buatlah hukumnya!"
Kalau di Indonesia sih, kayanya lupakan saja. Contohnya Jakarta, udah tahu buang sampah sembarangan beresiko banjir, tetap saja dilakukan, jadi akhirnya terjadi apa yang tololopedia bilang "festival tahunan".... Di Indonesia ada ga sih hukum yang melarang orang membuang sampah sembarangan? Jangan2 memang tidak ada....
yuku@Rin : 2008-04-27 15:34:50 UTC+0000
>>174
Batre sih masuk akal, kalo alat elektronik emang kenapa? Ga bisa dibuang barengan
dengan sampah plastik ato kaleng, kah?

Kalo alat elektronik, masukin aja ke kapsul waktu, nanti kalo uda jadi kakek2 bisa kasih
liat ke cucu2, ini loh piringan jaman kakek, masih berat dan gampang kegores2...
Rin@Rin : 2008-05-01 12:25:50 UTC+0000
Kayanya alat elektronik pada umumnya bahan berbahaya yang ada juga di batere, deh.
Selain itu, kan sayang kalau dibuang, soalnya banyak bagiannya yang logam, jadi bisa didaur-ulang, sayangnya kotak daur ulang kelihatannya tidak menerima barang elektronik....
Yah selain itu komponen kayanya bisa dikanibal.
Rin@Rin : 2008-05-07 13:29:39 UTC+0000
5 gantungan kertas untuk mempromosikan 5 produk berbeda yang sejenis bertuliskan:
"Johnson Bady care...."

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (nol tuju)+(satu lima)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|