>>1693
Eh ku ga ngerti mengenai 2 smp yang mu bilang. Tampaknya yang terjadi justru sebaliknya.
Ketika kelas 2 smp, ku teringat masa yang sangat menyedihkan di kelas 1 smp, ketika
ku sangat tersendiri dan hampir ga ada teman.
Lalu ku berpikir, mungkin karena ku cara ngomongnya beda dengan yang lain (karena
ku masih selalu memakai "aku" dan "kamu"), sedangkan teman2 di kelas pada berkata
"gua", "gue", "lu", itu pasti penyebab mereka tak mau bergaul denganku.
Kemudian pikirku, ya sudah, demi mereka mau bergaul denganku, ku coba mulai ngomong
pake "gua" dan "lu". Jadi ku yang ikut2an mereka, bukan justru ku sendiri membedakan diri.
Ku masih ingat ketika di awal2 ku coba ngomong kata itu "gu-a". Sangat terasa canggung.
Karena beberapa hal, salah satunya adalah teman baik yang bernama David, ku mulai
mendapatkan kembali kepercayaan diri.
Maka bulan berganti bulan, ku berpikir, bukan karena ku ngomong memakai "gua" dan "lu"
teman2 jadi mau bergaul denganku. Buat apalah ku berusaha mengikuti cara ngomong
seperti itu dengan perasaan terpaksa. Maka kuputuskan untuk tidak memakai "gua" dan
"lu" lagi dan kembali ke kebiasaan asal (yang dari kecil udah terbiasa).
Efek setelah itu adalah, ketika kepercayaan diri terus meningkat, ku jadi terlalu berambisi
untuk mengajak orang jangan ngomong "gua" "lu", dan ku ga menyangka ada orang yang
tak suka dibilang begitu. Ampunilah diriku.
Jadi dalam hal ini bukan takut disamakan dengan orang lain, justru ku takut berbeda, tapi
beberapa lama kemudian hilanglah ketakutan berbeda itu, dan jadilah berbeda.