Kini ku tiba lagi di bandara ketika kembali ke singapura (pas hampir berangkat ke
jakarta,
>>1753).
Sebetulnya ku ingin menulis ini ketika di bandara jakarta. Ketika uda masuk imigrasi,
kucari tempat yang ga super mahal untuk duduk menunggu waktu berangkat, dan ketemulah
bahwa bintang_bak di jakarta lebih murah dibanding di singapura, kudapatkan kopi
polos dengan harga 17krp, kira2 2.5 sgd, dibanding sini yang 3.5 sgd.
Dan kuharapkan bintang_bak menyediakan internet nirkabel, namun ternyata tidak.
Kutanyakan pada karyawannya, ternyata tersedia di PlazaBali, yang segera kukunjungi
dan kuminta paswodnya. Paswodnya adalah: spirit2009. Ketika sudah konek, dapat IP,
bisa ping ruter, tetep ga_bisa_ke_mana_mana. kcw.
Berbeda dengan singapura yang walaupun ku sekarang duduk jauh dari tembok di terminal
3, hanya tempat tunggu umum, internet gratis tersedia.
------- stop introduksi di sini, ku suka ngelantur ke mana2 kalo uda mulai nulis.
Kali ini, lagi2, kulewati tahun baru di Indonesia. Seingatku memang dalam sesi ini belum
pernah melewati pergantian tahun baru di Singapura.
Ketika kucapai bandara singapura, kali ini kurasakan suasana yang terasa kaku. Ku tak
begitu yakin kenapa, apakah karena sudah agak lama di singapura, sehingga terasa
"keberhasilan" singapura yang dulu dikagumi kurang berguna. Atau karena baru saja
bercengkrama dengan kerabat (bukan monkey-kalong) di Indonesia secara cukup intensif,
dan kurasa kurang hal itu di singapura.
Suasana cukup bercampur, pikiran melayang kesana kemari. Seperti biasanya ketika
tiba di bandara singapura, kugunakan waktu sebentar untuk menelepon 1 orang dengan
telepon lokal gratis. Ah, ngelantur lagi topiknya.
Di negeri seberang selat ini ku harus belajar menerima kekurangsayangan orang lain.
Kadar kasih manusia yang diterima mungkin jauh lebih sedikit dibanding di tanah air.
Susah bagiku menerima kenyataan ini, kadang mencari zat ke sana-sini, ketika satu
orang mengecewakan maka ku lari pada orang lain alih-alih menerimanya. Ku merasa
perlu ada sesuatu yang membuatku terlatih mengadapi dunia yang kejam ini (termasuk
saya yang kejam, egois, dan pengiri).
Ku ingin belajar bahwa ada porsi yang harus dipilih, tak mungkin diambil atau dirangkul
semua, masing2 ada bagiannya. Perlu mendalami sesuatu dan melupakan yang lain.
Perlu lebih mengenal
*engkau* dan berhenti mencari perhatian secara berlebihan.
Dan ku berkata dalam hati,
sono ai wo wasurenai de itai
Mungkin suatu hari ku akan membaca tulisan ini, dan ya, memang tulisan ini untukku,
maka janganlah ada seorang yang bilang, yuku tulisannya mengenai "aku", "ku" melulu,
saya benci yuku. Karena memang ini tulisan harian yang dipublikasikan saja, ku ga memaksa
mu membacanya.
Banyak hal tak kumengerti dalam masa menjelang
namun trang bagiku ini: tangan Tuhan yang pegang.
Tahun baru, resolusi baru. Tapi ku masih belum berani menuliskannya di sini. Dari dulu
ku tak berani berkata "aku sayang kamu" karena ku ga bisa menjamin sayangku akan
bertahan terus.
Perlu keberanian, pemahaman, lebih banyak mikir, dan mengurangi arus informasi yang
datang dengan laju yang mengerikan.
dan dari kedalaman terdengar raungan setengah berbisik
boku wo nani ni site hosii?