>>59
katanya di hongkong ato di negeri anu, priority seatnya sengaja dikosongkan, orang sungkan untuk duduk di situ, terlepas ada orang tua di gerbong itu atau ngga ada.
tapi menurutku kapasitas gerbong saat peak hour sudah tidak memadai lagi, udah terlalu berdesak-desakan dan dorong-dorong. di negeri yang untuk membeli mobil pribadi sudah dipersulit, sehingga pilihan alternatif hanyalah kendaraan umum, namun fasilitasnya ngga memadai. pdhl mungkin diakalin, dibikin gerbongnya lebih panjang atau dibikin double dekker mrtnya. kan ujung-ujungnya tetep untung juga. kecuali kalo emang sengaja pengen untung dengan biaya minim, pelanggan yang dikorbankan. tapi kalau dibandingin sama KRL di indonesia, setidaknya masi bisa bersyukur++, di singapur blum ada copet :D
yang ditegur pasang loudspeaker mungkin bisa bales tegur, kenapa kamu yang ga pake earphone saja.
solusi lainnya adalah aparatnya diperbanyak. di sbs transit mrt biasanya ada petugas yang mondar mandir buat negur penumpang yang duduk di lantai atau pasang musik keras-keras atau makan dan minum, mungkin bisa ditegur juga ga bole duduk di priority seat. Kayaknya di singapura ga bisa bicara soal etika, segalanya harus pragmatis, main denda baru jalan.