entah

No 214-233 No 194-213 Semua (balik urutan) |

Rin@Rin : 2008-11-14 02:55:49 UTC+0000
Orang Mesir adalah salah satu bangsa yang gemar memasukkan nama dewa ke nama orang.
nota bene: perbedaan kecil pada ejaan bukan berarti merupakan kata yang berbeda, perpindahan dari satu bahasa ke bahasa lain bisa mengakibatkan perubahan pada ejaan)

Di antara para Firaun ada yang namanya "Ramses" dan "Tutmoses". "Ra" dan "Thoth" itu nama dewa, sedangkan "moses" itu sederhananya berarti anak, jadi "Ramses" itu artinya "anak Ra"
"Moses" itu sendiri mirip dengan nama seorang tokoh besar yang dibesarkan di Mesir, jadi jangan2 dia juga dulu namanya mengandung nama dewa.

Sebagai perbandingan, dulu para Paus Katholik yang awal tidak mengganti nama saat naik tahta, namun suatu kali yang naik adalah orang bernama "Merkurius". Kelihatannya kedua orang ini sadar bahwa tidak pantas pemimpin agama memiliki nama yang merupakan dewa agama lain, jadinya nama itu dihilangkan.
Rin@Rin : 2008-11-15 17:04:07 UTC+0000
Terakhir pulang ke Indonesia, aku baru menyadari bahwa orang Indonesia sekarang menyebut "Cina" sebagai "Caina", jadi mirip dengan ujaran orang Amerika, dan menulis "Cina" sebagai "China", dengan huruf "h", juga jadi seperti cara orang Amerika menulisnya.

Aku sudah tahu bahwa orang Indonesia gemar sekalai memakai istilah bahasa Inggris, tapi rupanya akhirnya nama negarapun ikut-ikutan menjadi korban.
Banyak sih dalam kata-kata dan nama yang dipakai orang Indonesia yang sebenarnya kurang tepat, tapi kalau istilah itu sudah dipakai lama memang susah mengubahnya, jadi untuk hal-hal tersebut bisa dimaklumi, tapi ko ini malah jadi lebih kacau...?

Kelihatannya satu-satunya yang justru dipertahankan supaya tidak mirip bahasa Inggris justru "bahasa", sampai sekarang masih aja ada orang Indonesia yang kalau berbicara bahasa Inggris memakai istilah "bahasa" saat yang dimaksud adalah bahasa Indonesia.
Rin@Rin : 2008-11-15 17:23:58 UTC+0000
diacu: >>217
Dalam bahasa Inggris ada singkatan "IMHO", In My Humble Opinion.
Ada lagi "my 2 cents", yaitu mengatakan bahwa pendapatnya hanya senilai 2 sen, maksudnya "tidak berharga".

Aku merasa ada yang salah. Kalau memang orang itu merasa bahwa pendapatkan tidak berharga, rasanya dia tidak akan menyatakan itu. Atau bisa juga dilihat dari sisi lain, yaitu kalau memang pendapat itu tidak berharga, buat apa digubris? Buat apa mengacuhkannya? Lebih baik dilupakan dan cari yang memang berharga.

Ini mirip juga dengan budaya basa-basi yang katanya "budaya Asia". Misalnya, kita diajari:
1. kalau ditawari makanan harus menolak misal dengan alasan sudah kenyang
2. kalau dipuji harus berlaga bilang tidak apa-apa
3. kalau didatangi tamu walau sebenarnya tidak mau menjamu harus pura-pura sukarela memberi makanan
dll

Banyak orang berpendapat itu untuk kesopanan, atau demi menjalin persahabatan, menurutku ini hanyalah kebohongan.

Di sisi lain, ada juga pembahasan misal ada kasus yang sebenarnya ceritanya ada banyak versi, tapi sederhananya begini:
Misal ada orang yang dikejar-kejar orang lain lalu kita tahu bahwa dia dikejar dan tau dia sembunyi di mana. Kalau seandainya pengejarnya bertanya pada kita tentang keberadaan orang itu, apa jawab kita? Berbohongkah? Memberi tahu tapi resikonya dia mati?

Aku beberapa kali mendengar pembahasan tentang kasus seperti ini. Ada yang bilang kalau bohong, itu namanya "white lie", "bohong yang benar". Ada juga yang mengatakan bohong selalu salah. Yah banyaklah pendapatnya, tapi aku tidak sedang membahas itu jadi sampai di sini saja dulu.

Balik ke masalah awal. Bohong yang seperti barusan itu sering dibicarakan, tapi aku tidak pernah mendengar ada pembahasan tentang kebohongan seperti di atas. Mungkin karena tidak ada merasa itu termasuk kebohongan?
Menulis/mengetik/berbicara butuh waktu dan tenaga. Katanya "time is money", menyatakan bahwa waktu itu berharga. Kalau ada orang yang sampai memberi pendapat, jelas dia tidak menganggap pendapatnya itu hanya bernilai 2 sen.
Makanya aku tidak mau bilang "my 2 cents" ataupun "IMHO", paling2 hanya "IMO".

- Rin

(catatan: kalau aku menekan tombol "gp" itu bukan maksudnya ga penting, tapi supaya tidak terlalu memenuhi halaman 'u'.
yuku@Rin : 2008-11-16 03:35:28 UTC+0000
diacu: >>218
>>216
Ada 1 cara yang kadang ku lakukan supaya ga bohong dan dia ga *mati* juga, yaitu
"ga boleh tau" atau "ga mau kasih tau" ... tapi resikonya ditanggung sendiri heheh.

Kalo mengenai 2 sen dsb, itu kan pembicara bilang bahwa mungkin yang dia katakan
bernilai 2 sen bagi pendengar, belum tentu bagi dia sendiri. Sedangkan 2 sen itu belom tentu
ga berharga. Hal yang *keliatannya ga berharga* itu bisa jadi berharga pada saat tertentu,
misalnya uda belanja 10.02 dolar tapi cuma ada 10 dolar uang kertas dan 2 sen itu :D
Rin@Rin : 2008-11-17 02:19:55 UTC+0000
>>217
Yah aku tau sih ada jawaban seperti itu juga, tapi seperti kubilang, aku ga mau bahas itu di sana karena bisa jadi panjang sendiri.

Apa mu yakin itu bagi pendengar? Rasanya sih dari yang kutangkap dan juga kalau cari di internet itu bahwa bagi pembicara itu tidak berharga jadi dianalogikan dengan 2 sen.
Contohmu itu agak ga nyambung karena jadinya terbalik, soalnya aslinya itu dianggap tidak berharga jadi dimiripkan dengan 2 sen sedangkan di contohnya 2 sen lalu bagaimana pendapatnya. Gitu, kan?
Rin@Rin : 2008-12-23 02:48:49 UTC+0000
diacu: >>220
Entah meng apa aku sering me lihat orang me misah kan imbuh an dari kata dasar nya, karena itu aku sekarang mau ikut-ikut an men coba me misah kan imbuh an dari kata dasar nya juga.
Heran deh, kira in orang yang kerja an nya me nulis seperti jurnal is atau edit or bakal tidak me misah kan se cara sem barang an, tapi ter nyata tidak begitu ya....
yuku@Rin : 2008-12-25 06:27:00 UTC+0000
diacu: >>221
>>219
Kadang ku bingung apa tujuan bagian-bagian yang harus disatukan dan bagian-bagian
yang harus dipisahkan.

Mungkin maksudnya supaya imbuhan atau bagian lain yang mengubah arti bagian utama
sengaja disatukan supaya lebih mudah dipahami sebagai suatu konsep yang tak terpisah.
Misalnya kata "disatukan", kalau ditulis "di satu kan" terlihat seperti konsep yang terpisah,
seperti "Kamu tinggal di Bandung kan?"

Dengan demikian ku lebih suka memisahkan ku dan mu dari bagian utama, walau kalo ga
salah tidak sesuai dengan aturan. Misalnya "Bukumu kubeli". Walau itu artinya
{Buku milik mu} {dibeli} {ku} tapi entah kenapa ku dan beli disatukan, padahal "ku" tak
mengubah konsep "beli", beda dengan misalnya pe-an yang membuat "beli" menjadi
"pembelian". Jadi ku lebih suka tulisnya "Buku mu ku beli".
Rin@Rin : 2008-12-25 07:04:24 UTC+0000
diacu: >>222 >>224
>>220
Dalam hal 'ku' dan 'mu' mungkin alasannya adalah masing2 itu tidak bisa berdiri sendiri, alasan yang sama dengan kenapa partikel seperti "kah" dan "lah" digabung dengan kata dasarnya.
"Kah" dalam contoh seperti ini digabung:
1. Bolehkah saya pergi?
2. Apakah gerangan yang ada dalam pikiranmu?

Tapi yang seperti ini terpaksa dipisah:
1. Ini milikmu, kah?
Mungkin karena:
1. Seharusnya "kah" itu menempel dengan "apa" tapi "apa"-nya sendiri sudah hilang.
atau
2. "kah" itu mengacu ke seluruh kalimat jadi harus ada penanda bahwa itu demikian.

Apapun alasannya, kalau maunya "mu" dan "ku" dipisah, maka seharusnya "nya" juga dipisah, tapi terlihat bahwa kamu tidak melakukan itu....
yuku@Rin : 2008-12-25 13:19:19 UTC+0000
diacu: >>223
>>221
Ooh, mengenai nya yah. Betul juga, kenapa ga dipisah yah?
Salah satu alasan yang kepikir, adalah karena "nya" tak selalu berarti "dia", tapi
kadang berarti mirip dengan "the" atau untuk menunjukkan sesuatu yang spesifik.

Seperti "Terima kasih atas kedatangannya" yang bukan berarti "kedatangan dia".
Nah tapi mungkin karena itu, "nya" yang berarti "dia" pun kadang tak salah jika
dianggap sebagai "nya" yang menunjuk.

Karena biasanya, percakapan seperti ini:
A: Kamu tau tentang Pak Kakus?
B: Oh, makhluk yang kumisnya meruncing itu?
Dalam hal ini "kumisnya" berarti "kumis dia", tapi kalau kita anggap "kumis yang
sudah kita tau" pun ga salah, karena "nya" di sana juga berarti sudah spesifik.

Akibatnya, daripada bingung kapan yang "dia" dan yang menunjuk, jadilah penulisan
"nya" disambung.
BAKAS (CMIIW).

a. Tadi sudah mandi kah?
b. Tadi sudah mandikah?
c. Apakah tadi sudah mandi?
d. Apa kah tadi sudah mandi?
Rin@Rin : 2008-12-25 14:07:58 UTC+0000
>>222
Padahal ud ada ini dari sejak Februari....
http://indonesian.kejut.com/Impersonal_-nya

(barusan disunting karena ada salah ketik sedikit)

Ringkasan: menurutku sih keduanya sama2 kata ganti orang ketiga, jadi penulisannya harusnya sama.
(baru kepikir satu hal lagi, tapi kutulis terpisah deh)
Rin@Rin : 2008-12-25 14:36:06 UTC+0000
Tambahan untuk >>221
(tadinya pikir yang akan kutulis ini sudah pernah disebut waktu membicarakan cara melafalkan bahasa Indonesia, tapi sepertinya tidak)

Mungkin kata-kata yang terkesan terpisah dan tidak mengubah arti tersebut ditulis jadi satu karena keberadaannya seringkali menggesar penekanan dari yang asalnya terletak di suku kata terakhir jadi ke suku kata tersebut.
Misalnya:
ru-MAH --> ru-mah-NYA
bo-LEH --> bo-leh-LAH

Sebenarnya kalau mau dilanjutkan sih, bisa juga bilang:
ru-MAH --> ru-mah ma-KAN
jadi seharusnya digabung, tapi maukah orang-orang Indonesia kalau 2 kata yang satu kesatuan ditulis jadi satu seperti orang Belanda atau Jerman begitu?
Rin@Rin : 2009-01-15 14:54:01 UTC+0000
diacu: >>226
*Tabbed Browsing*
(entah apa bahasa Indonesianya)

Dulu browsing itu satu halaman satu jendela, tapi kelihatannya ada yang punya ide bagus: daripada begitu, lebih baik semuanya masuk satu jendela saja dan dibedakan dengan tab.

Bagus?

Bisa jadi, kalau saja dijalankan dengan benar, sayangnya para pembuat Firefox merasa punya ide lebih "bagus": kalau halamannya minta supaya dibuatkan jendela baru, maka Firefox akan memenuhi permintaan tersebut dan dibuatkanlah jendela baru.

Apa gunanya sih? Bukannya tujuan mengumpulkan itu agar halaman2 yang berhubungan ada dalam satu jendela? Berhubungan itu misalnya: lagi lihat halaman ini nih, lalu ada tautan ke halaman lain, maka kedua halaman itu berhubungan.

Waktu itu aku membicarakan hal ini ke seseorang, lalu muncullah satu nama add-on. Sayangnya add-on ini "berhasil" tapi caranya dengan memaksa semuanya jadi satu jendela, jadi aku tidak bisa pakai jendela kedua kalaupun mau....

(disadur dari tulisanku yang satu lagi)
yuku@Rin : 2009-01-16 15:15:04 UTC+0000
diacu: >>227
>>225 Hmm,
img/56?
Rin@Rin : 2009-01-17 10:06:28 UTC+0000
>>226
Pengaturannya memang sudah benar begitu, tapi itu hanya berhasil kalau begini:
<a href="apa_aja_deh" target="_blank">

Padahal kebanyakan website sekarang modelnya pakai:
window.open("apa_aja_deh", "terserah")

Kalau mau lebih pengertian, sih, alasannya itu karena Firefox ga mau ada "jendela dalam jendela" (lupa apa istilah teknisnya), jadi popup tidak mungkin dibuka dalam jendela itu juga.

Tapi ya... ngapain juga pake browser lambat....
Rin@Rin : 2009-01-20 02:56:25 UTC+0000
Kadang ada orang yang bilang makanan tertentu itu "sinful", bahkan pembuatnyapun tidak kalah, kadang dengan jelas tulis macam "nikmatilah dosa" waktu mengiklankan.
Kenapa ya? ^^;;;;;


(tentunya maksudnya bukan "babi", karena orang2 yang anggap itu haram tidak akan bilang "sin", tp ya... "haram")
Rin@Rin : 2009-01-20 03:05:34 UTC+0000
Orang aneh di kereta (bagian 1)
(kata2 orang tersebut dikutip persis sejauh ingatan penulis)

Dalam kereta penuh sesak. Kereta sedang mendekati stasiun, tapi masih cukup jauh dan kecepatannya sama sekali belum menurut.
Orang: (sedang duduk, dengan suara agak keras) "Excuse me, I'm getting off at this station."
Kereta masih belum melambat
Orang: (dengan suara lebih keras) "EXCUSE ME! I'M GETTING OFF AT THIS STATION! How can I get off if you're in my way?"
Kereta mulai melambat sedikit. Orang ini bangun lalu pada saat itu juga masinis menjalankan rem, orang ini agak terpelanting.
Orang: "SHIT! I hate this company's train!"
Orang ini keluar lalu tidak terlihat lagi.

Epilog:
Orang2 yang masih ada di dalam gerbong itu mulai berbicara satu dengan yang lain. Ada banyak suara tawa.

Pesan moral:
Kalau kereta belum berhenti, tidak usah buru2 meminta orang lain untuk memberi jalan, apalagi bangun dari tempat duduk. Tunggu sajalah kereta berhenti. Apalagi kalau stasiunnya bukan di daerah terpencil, toh mungkin orang2 di depanmu juga mau turun.
Rin@Rin : 2009-01-26 18:07:11 UTC+0000
diacu: >>231 >>232
Kalau ada persamaan:
y = mx
istilahnya "y berbanding *lurus* terhadap x"

kalau:
y^2 = mx^2
istilahnya "y berbanding *kuadrat* terhadap x"

Tapi kalau cuma mau mengatakan bahwa: "apalagi x meningkat, maka y juga meningkat", istilahnya berbanding apa, ya?
yuku@Rin : 2009-01-28 09:55:41 UTC+0000
diacu: >>232
>>230
"sebanding"? kalo kata sebanding doang, sama artinya dengan berbanding lurus ga yah?

Atau "x makin banyak, y makin banyak"?
Rin@Rin : 2009-01-29 03:01:47 UTC+0000
>>230
Ralat: "apalagi" seharusnya "apabila"
dengan ini redaksi memohon maaf.....

>>231
Sepertinya "sebanding" itu kata yang kurang eksak, mungkin karena itu tidak dipakai, tapi mungkin juga justru karena itu jadinya justru memang kata yang aku cari....
Rin@Rin : 2009-01-29 03:12:08 UTC+0000
Orang aneh di kendaraan umum (bagian 2)
(judul diganti saja deh, dengan ini judul yang lamapun diganti)

Jeglek, jeglek.....
Bunyi suara roda kereta api.

Gerbong itu sepi. Sebagian besar penumpang duduk, dan masih banyak kursi kosong. Dari jendela terlihat pemandangan hitam. Kereta api tidak sedang di bawah tanah. Tiba-tiba....
"LA LA LA LA LAAA"

Seseorang bertubuh besar yang berdiri di depan pintu mulai bernyanyi keras, tidak jelas sejak kapan dia ada di sana. Tidak jelas bahasa apa yang dinyanyikannya, mungkin juga sebenarnya bukan bahasa apa-apa karena dia tidak hafal liriknya. Orangnya berkulit gelap, tapi tidak jelas Melayu atau India. Lagunya berirama tidak jelas juga Melayu atau India.

Beberapa penumpang mulai saling berbicara. Agak terlihat mereka tertawa, tapi tidak berani keras-keras.

Agak lama kemudian orang itu terdengar tiba-tiba diam. Terkesan orang ini sadar bahwa dia aneh, tapi ternyata bukan itu. Tiba-tiba dia kembali bernyanyi keras dengan irama lain, beberapa penumpang kembali saling tertawa.

Hal ini terulang sampai beberapa kali, tidak jelas....

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (dua tiga)+(tiga lima)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|