entah

No 210-217 No 190-209 Semua (balik urutan) |

Rin@Rin : 2008-10-20 02:00:44 UTC+0000
Bingung, masih susah membedakan antara bahasa Cinanya 50 sen dan 80 sen. :(
Sebenarnya bedanya cukup banyak, sih, tapi tetap saja sulit membedakannya....
Rin@Rin : 2008-10-23 10:04:24 UTC+0000
diacu: >>212
Sering terjadi percakapan yang kalau disederhanakan jadi seperti ini:

A: Kamu melakukan XYZ!
B: Ga usah ngomong gitu deh, toh kamu jg melakukan
atau
B: Ga usah ngomong gitu deh, toh banyak yang melakukan

Sebenarnya, jadi mengapa kalau B itu bukan satu-satunya yang melakukan? Ada orang lain yang melakukan atau tidakpun tidak akan mengubah kenyataan bahwa B melakukan XYZ tersebut. Kalau XYZ itu sesuatu yang salah dan bisa membuat pelakunya dihukum, berarti si B mungkin dihukum. Banyak yang melakukan bukan berarti B jadi tidak dihukum, bedanya ya mungkin saja karena kebetulan atau apa semua yang lain itu malah tidak dihukum tapi cuma B yang dihukum. Bisa saja B terpilih secara acak dan akhirnya dihukum untuk memberi contoh pada yang lain dan yang lain akhirnya insyaf dan malah tidak dihukum.
Adil? Entah, mungkin juga tidak adil, tapi toh kenyataannya adalah kalau B melakukan dan akhirnya dihukum ya berarti dia dihukum, ada atau tidak orang lain yang melakukan tidak akan mengubah kenyataan tersebut.
yuku@Rin : 2008-10-24 12:35:03 UTC+0000
diacu: >>213
>>211
Tadinya kepikirannya karena B menganggap bagi dia sendiri cukup aman, misalnya
kalau memang bisa dihukum, karena dia liat banyak orang yang ga dihukum, maka resikonya
jadi kecil.

Misalnya hukumannya denda 10 000 dolar, dan dari pengamatan dia yang dihukum
karena melakukan cuma 1 dari 1 000 orang, jadi bagi dia resikonya cuma setara dengan
10 dolar. Kalau yang dilakukannya bernilai lebih dari 10 dolar, untung dong.

Ini juga suka terjadi, misalnya, waktu itu pernah ada orang ke luar negeri, tapi
takut bawa uang tunai banyak2. Misalnya dia mau bawa 1000 dolar saja, dari 2000 yang dia
punya karena takut kalau hilang. Padahal di sana akan butuh lebih dari 1000 dolar,
jadi dia berencana ambil di ATM di sana, yang kena biaya tambahan 30 dolar karena
di luar negeri.

Kalau dia takut hilang 1000 dolar, padahal seandainya resiko hilang hanya 0.5%, resiko itu
cuma senilai 5 dolar, lebih baik daripada kehilangan 30 dolar karena ambil di ATM itu.

Begitulah, sering kali orang nga mau rugi sesuatu yang besar (makanya ada asuransi)
padahal kalo menang undian yang besar mau.

(ini jadi topik lain yah)
Rin@Rin : 2008-10-26 13:49:57 UTC+0000
>>212
Iya, kayanya jadi topik lain. Sebenarnya mungkin juga cara ngomongnya salah, sih.
Maksud awalnya tuh begini: orang yang dituduh salah bisa saja membenarkan dirinya dengan menunjukkan kesalahan orang lain atau bukan dia satu-satunya yang bersalah, tapi toh pembenaran dengan cara tersebut tidak akan menyelamatkan dirinya kalau sampai dihakimi.

Yah, menurutku yang kamu bilang itu benar, memang itu bisa jadi alasan dia melakukan itu, tapi setuju juga kan bahwa kalau alasannya begitu maka alasannya tersebut tidak akan menyelamatkan dirinya kalau sampai tertangkap?
Rin@Rin : 2008-11-14 02:55:49 UTC+0000
Orang Mesir adalah salah satu bangsa yang gemar memasukkan nama dewa ke nama orang.
nota bene: perbedaan kecil pada ejaan bukan berarti merupakan kata yang berbeda, perpindahan dari satu bahasa ke bahasa lain bisa mengakibatkan perubahan pada ejaan)

Di antara para Firaun ada yang namanya "Ramses" dan "Tutmoses". "Ra" dan "Thoth" itu nama dewa, sedangkan "moses" itu sederhananya berarti anak, jadi "Ramses" itu artinya "anak Ra"
"Moses" itu sendiri mirip dengan nama seorang tokoh besar yang dibesarkan di Mesir, jadi jangan2 dia juga dulu namanya mengandung nama dewa.

Sebagai perbandingan, dulu para Paus Katholik yang awal tidak mengganti nama saat naik tahta, namun suatu kali yang naik adalah orang bernama "Merkurius". Kelihatannya kedua orang ini sadar bahwa tidak pantas pemimpin agama memiliki nama yang merupakan dewa agama lain, jadinya nama itu dihilangkan.
Rin@Rin : 2008-11-15 17:04:07 UTC+0000
Terakhir pulang ke Indonesia, aku baru menyadari bahwa orang Indonesia sekarang menyebut "Cina" sebagai "Caina", jadi mirip dengan ujaran orang Amerika, dan menulis "Cina" sebagai "China", dengan huruf "h", juga jadi seperti cara orang Amerika menulisnya.

Aku sudah tahu bahwa orang Indonesia gemar sekalai memakai istilah bahasa Inggris, tapi rupanya akhirnya nama negarapun ikut-ikutan menjadi korban.
Banyak sih dalam kata-kata dan nama yang dipakai orang Indonesia yang sebenarnya kurang tepat, tapi kalau istilah itu sudah dipakai lama memang susah mengubahnya, jadi untuk hal-hal tersebut bisa dimaklumi, tapi ko ini malah jadi lebih kacau...?

Kelihatannya satu-satunya yang justru dipertahankan supaya tidak mirip bahasa Inggris justru "bahasa", sampai sekarang masih aja ada orang Indonesia yang kalau berbicara bahasa Inggris memakai istilah "bahasa" saat yang dimaksud adalah bahasa Indonesia.
Rin@Rin : 2008-11-15 17:23:58 UTC+0000
diacu: >>217
Dalam bahasa Inggris ada singkatan "IMHO", In My Humble Opinion.
Ada lagi "my 2 cents", yaitu mengatakan bahwa pendapatnya hanya senilai 2 sen, maksudnya "tidak berharga".

Aku merasa ada yang salah. Kalau memang orang itu merasa bahwa pendapatkan tidak berharga, rasanya dia tidak akan menyatakan itu. Atau bisa juga dilihat dari sisi lain, yaitu kalau memang pendapat itu tidak berharga, buat apa digubris? Buat apa mengacuhkannya? Lebih baik dilupakan dan cari yang memang berharga.

Ini mirip juga dengan budaya basa-basi yang katanya "budaya Asia". Misalnya, kita diajari:
1. kalau ditawari makanan harus menolak misal dengan alasan sudah kenyang
2. kalau dipuji harus berlaga bilang tidak apa-apa
3. kalau didatangi tamu walau sebenarnya tidak mau menjamu harus pura-pura sukarela memberi makanan
dll

Banyak orang berpendapat itu untuk kesopanan, atau demi menjalin persahabatan, menurutku ini hanyalah kebohongan.

Di sisi lain, ada juga pembahasan misal ada kasus yang sebenarnya ceritanya ada banyak versi, tapi sederhananya begini:
Misal ada orang yang dikejar-kejar orang lain lalu kita tahu bahwa dia dikejar dan tau dia sembunyi di mana. Kalau seandainya pengejarnya bertanya pada kita tentang keberadaan orang itu, apa jawab kita? Berbohongkah? Memberi tahu tapi resikonya dia mati?

Aku beberapa kali mendengar pembahasan tentang kasus seperti ini. Ada yang bilang kalau bohong, itu namanya "white lie", "bohong yang benar". Ada juga yang mengatakan bohong selalu salah. Yah banyaklah pendapatnya, tapi aku tidak sedang membahas itu jadi sampai di sini saja dulu.

Balik ke masalah awal. Bohong yang seperti barusan itu sering dibicarakan, tapi aku tidak pernah mendengar ada pembahasan tentang kebohongan seperti di atas. Mungkin karena tidak ada merasa itu termasuk kebohongan?
Menulis/mengetik/berbicara butuh waktu dan tenaga. Katanya "time is money", menyatakan bahwa waktu itu berharga. Kalau ada orang yang sampai memberi pendapat, jelas dia tidak menganggap pendapatnya itu hanya bernilai 2 sen.
Makanya aku tidak mau bilang "my 2 cents" ataupun "IMHO", paling2 hanya "IMO".

- Rin

(catatan: kalau aku menekan tombol "gp" itu bukan maksudnya ga penting, tapi supaya tidak terlalu memenuhi halaman 'u'.
yuku@Rin : 2008-11-16 03:35:28 UTC+0000
diacu: >>218
>>216
Ada 1 cara yang kadang ku lakukan supaya ga bohong dan dia ga *mati* juga, yaitu
"ga boleh tau" atau "ga mau kasih tau" ... tapi resikonya ditanggung sendiri heheh.

Kalo mengenai 2 sen dsb, itu kan pembicara bilang bahwa mungkin yang dia katakan
bernilai 2 sen bagi pendengar, belum tentu bagi dia sendiri. Sedangkan 2 sen itu belom tentu
ga berharga. Hal yang *keliatannya ga berharga* itu bisa jadi berharga pada saat tertentu,
misalnya uda belanja 10.02 dolar tapi cuma ada 10 dolar uang kertas dan 2 sen itu :D

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (nol mpat)+(tiga tiga)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|