>>122
Ada 2 kesalahan:
1. Aku tidak dendam, aku cuma sedih melihat orang sesat seperti itu dijadikan pahlawan mandat, dan seperti kata Martin Luther King, Jr, "I have a dream," aku maunya orang yang dipasang di jabatan penting seperti itu bukanlah orang yang sesat. Kecuali bagimu yang seperti itu bisa dibilang dendam.
2. Aku tidak mencari jawaban, karena menurutku aku sudah tahu bahwa aku yang benar sedangkan dia yang salah. Kalau aku salah, biarlah ada yang maju dan membeberkan permasalahannya, tapi kenyataannya setelah lama juga tidak ada seorangpun. Bukan tidak ada seorangpun yg maju, tapi yang ada cuma jawaban yang ga lengkap dan jawaban yang salah sasaran.
Dan lagi, yang dibicarakan kan bukan "lagu ga beres", tapi "orang ga beres". Dan menurut kamus, "gila" itu salah satu penjelasannya "tidak beres". "Orang tidak beres" kalau bukan "gila", berarti apa? Tidak waras? Idiot (tingkat pemikiran di bawah rata2).
Aku tidak paham maksudnya membalikkan kembali kata2-ku itu apa. Karena, ya aku tahu dunia memang demikian, tapi Billy kan menjawab dengan sederhana, "... orangnya ga beres!", yang bisa berarti, "kamu juga ga beres".
Kalau mau lebih praktis, sebenarnya yang rugi siapa sih?
Aku? Tapi menurutku dia sesat, ko. Jadi ga berasa rugi.
Kalian? Tapi kalau kalian merasa aku memang tidak sepantasnya ada di antara kalian ya berarti kalian juga tidak merasa rugi.
Atau kalian merasa harusnya aku justru ada di antara kalian? Tapi kalau begitu ko dibiarkan saja.
>>123
Jawaban: Aku orang dunia, tidak berumur, dan tidak berjenis kelamin.
Iseng aku cari di google demikian:
site:kompas.com "susilo bambang yudhoyono"
Dan seringkali kompas menyebut nama itu tidak dengan gelar apapun. Kenapa tidak ada yang protes? Apa karena memang tidak salah?
Ada yang diawali "Presiden", tapi setahuku harusnya sebelum "Presiden"-pun ada kata "Bapak"-nya, dan ini tidak.
Dan kelihatannya ada salah pemahaman tentang nama Allah. Banyak orang Israel di namanya ada nama Allah, entah "Ye" entah "El", jadi saat memanggil teman, mereka menyebut nama Allah juga; masa itu berdosa?
Justru orang zaman perjanjian lama tahu cara menyebutnya jadi mereka menyebut; yang tidak tahu justru orang sejak zaman perjanjian baru, jadi merekalah yang tidak berani menyebut.
Dan kamu sendiri apakah merasa jadi orang Inggris jadi pakai bahasa Inggris?
Apakah Stephen Tong juga merasa jadi orang Inggris makanya pakai bahasa Inggris saat mengutip bahkan saat kutipannya itu aslinya bahasa Yunani atau Cina (maksudnya kutipannya diterjemahkan ke bahasa Inggris).
Dan kalau kamu merasa orang Indonesia yang memakai bahasa Indonesia, tulislah bahasa Indoensia dengan cara yang tepat. Jangan gunakan all-caps untuk mengutip karena ada caranya sendiri (pakai tanda kutip). Kalimat dan nama suku harus diawali huruf besar. Imbuhan "di" jangan dipisah. Ga penting? Menurutku mempermasalahkan penggunaan gelar juga tidak penting, ko.
Kata Yesus, "Lakukanlah pada orang lain apa yang kau mau orang lain perbuat kepadamu."
Nota bene (="perlu dicatat"): Alkitab sendiri sering memakai "Kata Yesus" bukan "Kata Pak Yesus" atau gelar apapun)
Aku tidak mau dipanggil pakai gelar, jadi aku juga tidak menyebut orang pakai gelar. Adil, kan? Alkitabiah, kan?