*GAMBIT -- I mean, GumBeat!*

No 1194 No 1174-1193 Semua (balik urutan) |

derianto@yuku : 2008-08-13 04:06:55 UTC+0000
diacu: >>1197
*GAMBIT -- I mean, GumBeat!*

Kalau kata "GAMBIT" dan "GumBeat" dibaca orang Indonesia, tentu akan terdengar sama.  Kalau oleh orang Amerika?  Silakan tanya Randy Sugianto yang baru pulang dari MIT yang pasti sudah sering sekali mendengar kedua kata tersebut (yang seharusnya juga sudah tahu perbedaan cara membacanya).

GumBeat adalah sebuah game prototype yang telah diselesaikan Randy, yang biasa dipanggil Yuku, bersama timnya, di MIT dalam rangka program Singapore-MIT GAMBIT Game Lab.  Game yang patut mendapat acungan jempol ini diselesaikan dalam waktu beberapa bulan saja.

Kesan pertama pada game ini: Pink!  Sejak gambar GumBeat Girl yang sangat beratmosfir pink ditampilkan ketika installation, saya tidak mengantisipasi bahwa gamenya juga tidak akan kalah pink-nya.  Warna ini agak membuat heran karena saya pikir tidak banyak game-game yang ditujukan untuk gamer wanita, dan saya tidak ingat apakah di tim Yuku sendiri ada banyak peserta wanita.  Ketika menyadari bahwa tema game ini berkisar tentang permen karet (gum), saya pikir cocok juga.

Nah tema permen karet ini saya anggap adalah ide yang jenius.  Selain temanya unik (karena jarang game developer yang mengembangkan idenya dari hal-hal yang tidak melibatkan tembak-tembakan dan perang-perangan, apalagi permen karet), temanya juga menyampaikan konten satire dan edukasional secara bersamaan.  Tema game ini cocok sekali bagi orang-orang Singapur yang ingin melampiaskan kritiknya (kalau memang ada) dengan adegan-adegan jenaka seperti memecahkan permen karet di kepala pak polisi dan menyerang city hall dengan permen karet.  Untuk orang Amerika sendiri, yang banyak yang tidak banyak tahu tentang Singapur, tema game ini dapat menjadi suatu sumber pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang unik di sebuah negara di Far East.

Tapi mungkin yang paling penting dari tema game ini bukan masalah politiknya, tetapi tentu saja asiknya gameplay dari game ini.  Instruksi game ini begitu mudah.  Meskipun pada awalnya mungkin pemain lupa bahwa Esc berfungsi untuk pause, pemain tinggal meletakkan tangan kirinya di tombol spasi dan tangan kanannya di arrow keys, dan langsung menuju permainan!

Asiknya menekan-nekan tombol spasi dan membuat gelembung sebesar-besarnya, versus spanduk-spanduk pada arena permainan yang berisi peraturan melarang konsumsi permen karet, mengawali permainan dengan baik dengan menyediakan kontras yang cukup "exciting".  Suspensi pun bertambah "tense" ketika si gadis peniup permen karet memiliki lebih banyak pengikut, dan para pak polisi mulai tampil di layar dengan sinar kuning lampu senternya yang meraba jalan-jalan mencari mangsa.

Si gadis berhasil mendapatkan banyak sekali pengikut, tetapi tiba-tiba seorang pengikut tersorot lampu senter polisi, dan langsung kejar-kejaran membuat suasana menjadi bertambah tegang.  Untungnya, ada sebuah layar instruksi yang mengatakan bahwa si gadis bisa membingungkan pak polisi dengan cara memecahkan gelembung di kepalanya.  Ketika belum terbiasa dengan "melawan pak polisi", pemain mungkin merasa agak frustrasi ketika para pengikutnya tertangkap satu demi satu tak berdaya.  Namun, karena simple-nya game ini, pemain pun menjadi ahli seketika dalam melawan pak polisi, dan pada akhirnya menguasai city hall dengan 10 orang pengikut.  Muncullah layar ending!  The end!

Game yang cukup sederhana ini patut mendapat acungan jempol, mulai dari bagian programming, audio, graphics, tester, dan tidak kalah planning dan manajemennya, yang berhasil merilis prototype game ini tepat waktu dan tanpa glitch yang dapat terlihat sedikitpun.

Gamenya sangat asik dimainkan, dan saya tidak memiliki keluhan apa-apa.  Ini adalah tanda yang bagus.  Kalau tidak ada pujian untuk sebuah program, artinya program itu telah diprogram dengan sangat baik, karena sebaliknya pasti sudah banyak pemain yang mengeluh.  Apalagi jika banyak pujian untuk program tersebut!  Mulai dari algoritma yang mengatur kapan balon pecah berdasarkan frekuensi menekan tombol spasi, cara jalan pengikut-pengikut si gadis, artificial intelligence yang digunakan untuk para pak polisi, aturan zooming, sampai dengan sistem-sistem di belakang layar yang mungkin kurang terlihat pemain, berhasil menghasilkan game yang robust dan fun.

Graphics dan audio dalam game ini juga patut mendapat pujian.  Meskipun katanya ada gambar-gambar dan musik-musik yang tidak jadi dimasukkan, tetapi keputusan untuk memasukkan segala resources yang ada sekarang sudah berhasil menciptakan atmosfir yang sangat koheren.  Tema gadis kecil dengan permen karet diiringi dengan musik yang simple namun catchy diselingi teriakan "wiiiiii".  Pada sebuah bagian musik, tempo yang melambat disertai tawa menakutkan "ha, ha, ha" juga dapat menjadi simbol tokoh antagonis -- pak polisi?  Mungkin lebih cocok untuk "zombie".  Namun untuk para Singaporean yang suka sembunyi-sembunyi makan permen karet, mungkin pak polisi sama menyeramkannya dengan zombie.  Saya juga tidak terbayang bagaimana suasana di studio ketika para voice actors memperagakan suara-suara seperti "wiiiiii", "ha, ha, ha", "blow, blow!", "pop, pop!", suara menangis, dan lain-lain.  Secara umum, saya sangat kagum dengan kesatuan komponen-komponen game ini.

Hal yang cukup menarik adalah gender role yang secara implisit digambarkan pada game ini.  Meskipun mungkin bukan karena sengaja, pemisahan gadis-gadis yang suka meniup permen karet dan para pak polisi yang siap menegakkan aturan mungkin dapat menangkap perhatian orang-orang negara barat yang setiap hari selalu bergelut dengan masalah gender equality.  Saya kira ini hal yang pantas saja, karena gamenya mungkin kurang sreg jika tokoh-tokohnya adalah naughty boys versus polwan (polisi wanita).

Meskipun katanya ada fitur2 yang tidak dimasukkan, yang mungkin bisa memberi variasi atau menambah kompleksitas game ini, tetapi saya setuju dengan keputusan tim yang memotong fitur-fitur yang belum siap rilis.  This game is like a "gem".  Sebuah gem atau batu permata itu ukurannya kecil, tetapi brilian.  Sebuah karya yang mempesona banyak orang itu tidak perlu berukuran besar.  Justru, saya pikir adalah keputusan yang bijaksana untuk tidak memasukkan fitur-fitur yang belum siap, yang mungkin akan mengurangi kecemerlangan dari "gem" ini.

Saya berterima kasih karena telah diperbolehkan mencoba game ini, yang memiliki terms of service yang cukup singkat dan (tidak) jelas: "Jangan disebar!"  Jadi apakah game ini boleh dicoba pemain lainnya atau tidak?  Saya tidak tahu juga, jadi sebaiknya ditanyakan langsung ke Yuku.

Yuku dan timnya sudah kembali ke tempat masing-masing, dan belum ada kabar apakah game GumBeat ini akan terus dikembangkan atau tidak.  Yang tidak kalah pentingnya dari game GumBeat ini sendiri, tentu adalah pelajaran yang telah didapat oleh Randy, mulai dari pengalaman berbahasa Inggris dengan native speaker, berada di kampus salah satu institut teknologi terbaik di dunia, sampai dengan berjuta pengalaman bekerja dalam tim game development, yang selengkapnya bisa dibaca di "jurnal gambit" di melet.us.

Semoga karir Yuku dan kawan-kawan akan terus berkembang dalam tahun-tahun ke depan dan memproduksi karya-karya yang mempesona.  Dan jangan sampai ketahuan makan permen karet!

DK

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (tiga lapan)+(dua tuju)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|