entah

No 302-309 No 282-301 Semua (balik urutan) |

Rin@Rin : 2009-09-19 15:50:02 UTC+0000
>>301
Sepertinya definisimu akan:
kalimat aktif: subyek dulu baru obyek
kalimat pasif: obyek dulu baru subyek

Dulu diajarkannya memang begitu sih.

Kontraindikasinya sudah ada di contohmu yang ketiga. Secara umum, adalah wajar kalimat aktif subyeknya belakangan. Ada bahasa tertentu yang polanya malah OPS, Obyek Predikat Subyek.
Sebenarnya aku bisa lebih panjang di sini, tapi mari lanjut saja. :)

Sebenarnya sih, pelajaran bahasa Indonesia itu tidak sesuai dengan definisi linguistic internasional. Dalam kalimat pasif bahasa Indonesia (juga Inggris dll), polanya tetap SP, Subyek-Predikat. Penentu keaktifan bukanlah pada urutan komponen kalimat, tapi pada keberadaan "pelaku" (actor).

Ada beberapa hal yang jadi bahan pertimbangan, jadi mungkin dijelaskan dulu saja.

I.
Tergantung bahasa, ada kata2 yang sifatnya "optional" = tidak perlu disebut. Tapi ketidakadaannya dalam kalimat bukan jadi berarti bahwa kata itu tidak ada, hanya tidak disebut saja.

II.
Yang biasanya orang bilang "subyek" seringkali sebenarnya trinitas, memegang 3 jabatan sekaligus, yakni: subyek, topik, pelaku (actor).
Bedanya?
Subyek: sesuatu yang menempel langsung pada predikat. Kalau kata kerja ibarat punya "socket", ini salah satu yang harus ada.
Topik: dalam deretan kalimat (kalau tertulis merupakan 1 paragraf), seringkali ini kata pertama dalam paragraf. Biasanya tidak diulang lagi untuk kalimat selanjutnya tapi tetap berlaku.
Aktor: pelaku kegiatan yang disebut oleh kata kerja.

III.
Nah, jadi apa bedanya aktif dan pasif? Bedanya adalah fokus "arah" kegiatan (tidak menemukan kata yang lebih bagus).
Aktif menjelaskan bahwa sesuatu melakukan suatu kegiatan sedangkan pasif sesuatu menerima suatu kegiatan.

Ngomong apa lagi ya? Eh, perasaan pernah ngomong....

Further reading:
http://indonesian.kejut.com/Intermediate_Lesson_1

(apaan coba)


yg nomor 3 tuh asalnya rencana tulis tp kayanya lupa dan tidak terhapus. :(
Rin@Rin : 2009-09-22 04:02:07 UTC+0000
diacu: >>304 >>305
Banyak orang mengatakan bahwa dirinya adalah *hamba* Tuhan.
Tapi hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya.
Mengapakah aku harus mendengarkan orang-orang yang tidak paham?
imambenjol@Rin : 2009-09-22 04:31:41 UTC+0000
diacu: >>306
>>303
jadilah *hamba* juga supaya anda lebih baik dari si itu. mungkin ketika anda sudah jadi *hamba*, ada orang lain juga yang mengatakan hal yang sama "Mengapakah aku harus mendengarkan orang-orang yang tidak paham?"

gp
yuku@Rin : 2009-09-22 04:54:00 UTC+0000
diacu: >>307
>>303
"Tapi hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya.", kenapa?

Kapankah hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya?

C-, |)
Rin@Rin : 2009-09-22 08:44:45 UTC+0000
diacu: >>308
>>304
Tidak paham. Mengapa kalau jadi sesama orang yang tidak mengerti maka jadi lebih baik?
Rin@Rin : 2009-09-22 08:47:16 UTC+0000
diacu: >>309
>>305
"Kenapa," katamu? Tanyalah pada Yesus.
imambenjol@Rin : 2009-09-22 09:16:27 UTC+0000
>>306
karena si hamba itu tidak mengerti, mungkin kalau anda yang jadi hamba, anda lebih baik dari dia.

gp
yuku@Rin : 2009-09-22 09:31:48 UTC+0000
diacu: >>310
>>307
Maksudku, kenapa anda berkata "Tapi hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya."?
Apakah memang hamba tidak tahu apa yang dilakukan tuannya?

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (nol satu)+(mpat tuju)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|