entah

No 216-223 No 196-215 Semua (balik urutan) |

Rin@Rin : 2008-11-15 17:23:58 UTC+0000
diacu: >>217
Dalam bahasa Inggris ada singkatan "IMHO", In My Humble Opinion.
Ada lagi "my 2 cents", yaitu mengatakan bahwa pendapatnya hanya senilai 2 sen, maksudnya "tidak berharga".

Aku merasa ada yang salah. Kalau memang orang itu merasa bahwa pendapatkan tidak berharga, rasanya dia tidak akan menyatakan itu. Atau bisa juga dilihat dari sisi lain, yaitu kalau memang pendapat itu tidak berharga, buat apa digubris? Buat apa mengacuhkannya? Lebih baik dilupakan dan cari yang memang berharga.

Ini mirip juga dengan budaya basa-basi yang katanya "budaya Asia". Misalnya, kita diajari:
1. kalau ditawari makanan harus menolak misal dengan alasan sudah kenyang
2. kalau dipuji harus berlaga bilang tidak apa-apa
3. kalau didatangi tamu walau sebenarnya tidak mau menjamu harus pura-pura sukarela memberi makanan
dll

Banyak orang berpendapat itu untuk kesopanan, atau demi menjalin persahabatan, menurutku ini hanyalah kebohongan.

Di sisi lain, ada juga pembahasan misal ada kasus yang sebenarnya ceritanya ada banyak versi, tapi sederhananya begini:
Misal ada orang yang dikejar-kejar orang lain lalu kita tahu bahwa dia dikejar dan tau dia sembunyi di mana. Kalau seandainya pengejarnya bertanya pada kita tentang keberadaan orang itu, apa jawab kita? Berbohongkah? Memberi tahu tapi resikonya dia mati?

Aku beberapa kali mendengar pembahasan tentang kasus seperti ini. Ada yang bilang kalau bohong, itu namanya "white lie", "bohong yang benar". Ada juga yang mengatakan bohong selalu salah. Yah banyaklah pendapatnya, tapi aku tidak sedang membahas itu jadi sampai di sini saja dulu.

Balik ke masalah awal. Bohong yang seperti barusan itu sering dibicarakan, tapi aku tidak pernah mendengar ada pembahasan tentang kebohongan seperti di atas. Mungkin karena tidak ada merasa itu termasuk kebohongan?
Menulis/mengetik/berbicara butuh waktu dan tenaga. Katanya "time is money", menyatakan bahwa waktu itu berharga. Kalau ada orang yang sampai memberi pendapat, jelas dia tidak menganggap pendapatnya itu hanya bernilai 2 sen.
Makanya aku tidak mau bilang "my 2 cents" ataupun "IMHO", paling2 hanya "IMO".

- Rin

(catatan: kalau aku menekan tombol "gp" itu bukan maksudnya ga penting, tapi supaya tidak terlalu memenuhi halaman 'u'.
yuku@Rin : 2008-11-16 03:35:28 UTC+0000
diacu: >>218
>>216
Ada 1 cara yang kadang ku lakukan supaya ga bohong dan dia ga *mati* juga, yaitu
"ga boleh tau" atau "ga mau kasih tau" ... tapi resikonya ditanggung sendiri heheh.

Kalo mengenai 2 sen dsb, itu kan pembicara bilang bahwa mungkin yang dia katakan
bernilai 2 sen bagi pendengar, belum tentu bagi dia sendiri. Sedangkan 2 sen itu belom tentu
ga berharga. Hal yang *keliatannya ga berharga* itu bisa jadi berharga pada saat tertentu,
misalnya uda belanja 10.02 dolar tapi cuma ada 10 dolar uang kertas dan 2 sen itu :D
Rin@Rin : 2008-11-17 02:19:55 UTC+0000
>>217
Yah aku tau sih ada jawaban seperti itu juga, tapi seperti kubilang, aku ga mau bahas itu di sana karena bisa jadi panjang sendiri.

Apa mu yakin itu bagi pendengar? Rasanya sih dari yang kutangkap dan juga kalau cari di internet itu bahwa bagi pembicara itu tidak berharga jadi dianalogikan dengan 2 sen.
Contohmu itu agak ga nyambung karena jadinya terbalik, soalnya aslinya itu dianggap tidak berharga jadi dimiripkan dengan 2 sen sedangkan di contohnya 2 sen lalu bagaimana pendapatnya. Gitu, kan?
Rin@Rin : 2008-12-23 02:48:49 UTC+0000
diacu: >>220
Entah meng apa aku sering me lihat orang me misah kan imbuh an dari kata dasar nya, karena itu aku sekarang mau ikut-ikut an men coba me misah kan imbuh an dari kata dasar nya juga.
Heran deh, kira in orang yang kerja an nya me nulis seperti jurnal is atau edit or bakal tidak me misah kan se cara sem barang an, tapi ter nyata tidak begitu ya....
yuku@Rin : 2008-12-25 06:27:00 UTC+0000
diacu: >>221
>>219
Kadang ku bingung apa tujuan bagian-bagian yang harus disatukan dan bagian-bagian
yang harus dipisahkan.

Mungkin maksudnya supaya imbuhan atau bagian lain yang mengubah arti bagian utama
sengaja disatukan supaya lebih mudah dipahami sebagai suatu konsep yang tak terpisah.
Misalnya kata "disatukan", kalau ditulis "di satu kan" terlihat seperti konsep yang terpisah,
seperti "Kamu tinggal di Bandung kan?"

Dengan demikian ku lebih suka memisahkan ku dan mu dari bagian utama, walau kalo ga
salah tidak sesuai dengan aturan. Misalnya "Bukumu kubeli". Walau itu artinya
{Buku milik mu} {dibeli} {ku} tapi entah kenapa ku dan beli disatukan, padahal "ku" tak
mengubah konsep "beli", beda dengan misalnya pe-an yang membuat "beli" menjadi
"pembelian". Jadi ku lebih suka tulisnya "Buku mu ku beli".
Rin@Rin : 2008-12-25 07:04:24 UTC+0000
diacu: >>222 >>224
>>220
Dalam hal 'ku' dan 'mu' mungkin alasannya adalah masing2 itu tidak bisa berdiri sendiri, alasan yang sama dengan kenapa partikel seperti "kah" dan "lah" digabung dengan kata dasarnya.
"Kah" dalam contoh seperti ini digabung:
1. Bolehkah saya pergi?
2. Apakah gerangan yang ada dalam pikiranmu?

Tapi yang seperti ini terpaksa dipisah:
1. Ini milikmu, kah?
Mungkin karena:
1. Seharusnya "kah" itu menempel dengan "apa" tapi "apa"-nya sendiri sudah hilang.
atau
2. "kah" itu mengacu ke seluruh kalimat jadi harus ada penanda bahwa itu demikian.

Apapun alasannya, kalau maunya "mu" dan "ku" dipisah, maka seharusnya "nya" juga dipisah, tapi terlihat bahwa kamu tidak melakukan itu....
yuku@Rin : 2008-12-25 13:19:19 UTC+0000
diacu: >>223
>>221
Ooh, mengenai nya yah. Betul juga, kenapa ga dipisah yah?
Salah satu alasan yang kepikir, adalah karena "nya" tak selalu berarti "dia", tapi
kadang berarti mirip dengan "the" atau untuk menunjukkan sesuatu yang spesifik.

Seperti "Terima kasih atas kedatangannya" yang bukan berarti "kedatangan dia".
Nah tapi mungkin karena itu, "nya" yang berarti "dia" pun kadang tak salah jika
dianggap sebagai "nya" yang menunjuk.

Karena biasanya, percakapan seperti ini:
A: Kamu tau tentang Pak Kakus?
B: Oh, makhluk yang kumisnya meruncing itu?
Dalam hal ini "kumisnya" berarti "kumis dia", tapi kalau kita anggap "kumis yang
sudah kita tau" pun ga salah, karena "nya" di sana juga berarti sudah spesifik.

Akibatnya, daripada bingung kapan yang "dia" dan yang menunjuk, jadilah penulisan
"nya" disambung.
BAKAS (CMIIW).

a. Tadi sudah mandi kah?
b. Tadi sudah mandikah?
c. Apakah tadi sudah mandi?
d. Apa kah tadi sudah mandi?
Rin@Rin : 2008-12-25 14:07:58 UTC+0000
>>222
Padahal ud ada ini dari sejak Februari....
http://indonesian.kejut.com/Impersonal_-nya

(barusan disunting karena ada salah ketik sedikit)

Ringkasan: menurutku sih keduanya sama2 kata ganti orang ketiga, jadi penulisannya harusnya sama.
(baru kepikir satu hal lagi, tapi kutulis terpisah deh)

 

Kau akan ngepos secara anonim! Boleh2 aja sih, bahkan tulis nama dan sembarang paswod pun boleh. Tapi kalo mau daftar, klik daftar

Nama Pwd gp jsp (nol mpat)+(lima lapan)= +img +coret

 

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|

|